Jumat, 20 September 2013

CAFTA dan Tanggapan yang masuk akal


PERDAGANGAN BEBAS ANCAM EKONOMI NASIONAL DAN PENGUSAHA KECIL DI INDONESIA






Senin, 11 Maret 2013

Era perdagangan bebas berpotensi mengancam kelangsungan hidup perekonomian Indonesia sehingga harus disikapi secara hati – hati oleh pemerintah. Indonesia harusnya membuka pintu bagi pasar bebas ketika pondasi industri dalam negri sudah kokoh dan siap bertarung secara global seperti yang dilakukan oleh jepang dan amerika serikat.
Doctor termuda bidang hokum perdagangan internasional dari fakultas hukum UI, Arlawan Gunadi. Mengungkapkan di era globalisasi dan dunia tanpa batas / borderless dewasa ini, Indonesia tidak bisa menghindari perjanjian perdagangan bebas, baik bilateral, regional, maupun multibilateral. Sayangnya, Indonesia belum mendapat benefit dari perjanjian tersebut khususnya dalam lingkup ASEAN – China Free Trade Agreement ( ACFTA ) yang berlangsung sejak 1 januari 2010.
Awalnya perjanjian perdagangan bebas diharapkan mampu menyejahterakan rakyat. namun, yang terjadi malah sebaliknya, merugikan Indonesia. Perdagangan bebas, malah menyuburkan pemutusan hubungan kerja (PHK) dan mempersempit lapangan kerja karena banyak industri kecil gulung tikar akibat kalah bersaing di pasar local dengan industri asing. Akibatnya, pekerja yang kehilangan mata pencaharian 7,5 juta jiwa. Itu berarti, angka pengangguran terbuka mencapai sekitar 8,9 juta. Bahkan akan membengkak menjadi 17,8 juta orang.




PERDAGANGAN BEBAS INDONESIA-CHINA SINYAL KRISIS EKONOMI INDONESIA








Senin, 11 Maret 2013
Indonesia tengah berusaha meningkatkan kinerja produksi dalam negeri, khususnya meningkatkan kemandirian usaha melalui berbagai kebijakan ekonomi (kredit usaha kecil, PNPM mandiri, kredit Usaha Tani, dan berbagai subsidi pemerintah untuk menumbuhkan ketahanan ekonomi dalam negeri). Upaya tersebut di atas ditujukan untuk melahirkan efisiensi ekonomi dalam negeri, sehingga pengusaha lokal mampu meningkatkan skala ekonomi yang pada akhirnya mampu menyediakan hasil produksi yang dapat diterima masyarakat pada tingkat harga terjangkau (murah).
Upaya di atas didukung pula oleh aksi anti korupsi yang diarahkan untuk mengurangi ekonomi biaya tinggi. Ketika berbagai pungutan liar, serta penyalahgunaan kewenangan anggaran, dan berbagai penggelembungan anggaran telah terkurangi, bahkan dihilangkan, maka efisiensi produksi nasional relatif akan tercapai.
Berbagai usaha di atas tengah dilakukan, efisiensi ekonomi masih merupakan tujuan, hal ini mengandung arti bahwa harga barang dan jasa yang diproduksi perusahaan dalam negeri baik kecil, menengah, maupun besar relatif masih mahal, jika proses produksi menggunakan bahan baku impor maka tentu harga komoditas tersebut semakin mahal, sebab kurs dollar terhadap rupiah masih tinggi.


                Dari kedua hal di atas, menurut saya Perdagangan bebas tidak selalu mempunyai dampak buruk bagi Indonesia jika kita sudah siap. Kata “siap” di sini mempunyai banyak pengertian. Bukan hanya Siap masalah sumber daya alam. Faktanya siap dalam hal sumber daya alam pun belum menjamin kesuksesan Indonesia dalam perdagangan bebas. Tapi yang terpenting adalah siap dalam hal SDM. Maklum, banyak masyarakat Indonesia yang pendidikanya rendah. Lebih dari 50% masyarakat Indonesia berpendidikan rendah. Memang banyak juga yang lulusan sarjana, tapi bukan berarti semua lulusan sarjana bisa dikatakan memiliki SDM baik. Buktinya banyak juga Sarjana yang masih menganggur. Oleh karena itulah, kita sebagai Mahasiswa ITS harus menjadi agen perubahan untuk menghadapi perdagangan bebas, Khususnya menghadapi Cina.


0 komentar:

Posting Komentar

Terimakasih

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | JCPenney Coupons