Selasa, 06 Oktober 2015

Interpretasi Permukaan Bawah Tanah didaerah Lapangan Pertamina ITS Menggunakan Metode VLF-EM



Asrofi Khoirul Huda, Yoseph Saputra Wisnu W, Fandy Adji F
Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi
Sepuluh Nopember Surabaya
Jl.
Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia
e-mail: asrofikh@gmail.com
AbstrakTelah dilakukan percobaan Interpretasi Permukaan Bawah Tanah di daerah Lapangan Pertamina ITS Menggunakan Metode VLF-EM. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui hasil pemetaaan struktur bawah tanah dengan melakukan interpretasi data yang telah didapat dan untuk mengetahui grafik dari data yang telah di dapatkan. Proses akusisi data dimulai dengan penentuan 3 line pengamatan dimana pada setiap line dilakukan pengukuran setiap 1m dengan jarak 50m. Pada pengukuran ini digunakan alat-alat seperti satu set VLF-EM, meteran panjang untuk mengukur, satu buah GPS, Kompas, Stopwatch, dan Payung. Selanjutnya, data di olah dengan software Khlift. Hasil pengolahan berupa  data kontur dengan sebagian besar dari tiap line berwarna kuning dan oranye. Warna kontur ini dipengaruhi oleh adanya bangunan di sekitar wilayah pegukuran dan kandungan batuan di dalam tanah. Nilai data pengukuran berbanding lurus dengan jarak antara titik pengukuran dengan bangunan di sekitarnya. Hal ini menunjukan bahwa nilai pengukuran semakin kecil seiring berkurangnya titik pengukuan dengan bangunan. Dengan metode geofisika VLF-EM ini, dapat diketahui struktur bawah permukaan tanah. Namun, adanya batuan dan kandungan lain di dalam tanah menyebabkan hasil pengukuran tidak bergerak sesuai jalur sehingga hasilnya tidak maksimal.
Kata Kuncielektromagnetik, kontur, line, metode VLF-EM 

I. Pendahuluan
     Indonesia dikenal dunia lewat kekayaanya di berbagai bidang. Salah satu kekayaan Indonesia tersebut adalah kekayaan tanah di Indonesia. Kekayaan tersebut dapat berupa hasil tambang, minyak bumi, gas alam, dan mineral yang baik. Oleh karena itulah, Indonesia juga menghasilkan rempah-rempah yang banyak. Salah satu pemetaan yang penting dalam mengekplorasi kekayaan Indonesia adalah pemetaan mengenai kekayaan mineral di Indonesia dengan memanfaatkan kandungan mineral yang ada di dalam tanah. Oleh karena itulah, dimanfaatkan pengukuran geofisika yang mampu memetakan kondisi bawah tanah. Ada banyak metode yang cocok digunakan untuk memetakan bawah permukaan bawah tanah seperti metode resistansi dan metode self potential yang memanfaatkan kelistrikan bumi, metode geomagnet yang memanfaatkan sifat magnet dari bumi, dan metode Very Low Frequency Elektromagnetik(VLF-EM) yang memanfaatkan rambatan gelombang elektromagnetik di bawah permukaan bumi. Dalam percobaan ini, akan digunakan metode Very Low
Frequency Elektromagnetik(VLF-EM) yang merupakan metode geofisika yang memanfaatkan target anomaly bawah tanah yang bersifat konduktif untuk dirambati gelombang dengan frekuensi yang rendah[4].  
    Metode Very Low Frequency Elektromagnetik(VLF-EM) adalah metotode geofisika yang pasif. Hal ini dikarenakan pada proses akuisisi data dengan menggunakan metode ini dilakukan tanpa memberikan perlakuan khusus pada tanah seperti memberikan potensial listrik tertentu atau menembakan arus listrik tertentu pada tanah. Metode Very Low Frequency Elektromagnetik(VLF-EM) hanya menerima sinyal sinyal saja. Prinsip penggunaan metode Very Low Frequency Elektromagnetik (VLF-EM) memanfaatkan pemancar radio dengan frekuensi sekitar 5 - 30 kHz dengan panjang gelombang 10 hingga 20 km sebagai medan primer dan pemancar gelombang radio yang berdaya besar[2]. Penggunaan frekuensi dan daya pada pemancar gelombang radio dengan nilai yang dapat di ubah tersebut sering dipakai dalam eksplorasi geofisika maupun dalam penggunaan akuisisi data yang lain seperti menguji bahan bangunan dengan metode akustik, hingga media komunikasi kapal selam di bawah permukaan laut[3]. Mekanisme kerja metode Very Low Frequency Elektromagnetik (VLF-EM) adalah dengan memanfaatkan gelombang radio yang di induksikan dalam lapisan bumi yang konduktif. Pemancar radio yang dimanfatkan disini tdak bisa ditemui di sembarang tempat. Pemancar gelombang yang digunakan untuk metode Very Low Frequency Elektromagnetik (VLF-EM) hanya terdapat di India, Jepang, Afrika Selatan, Inggris, dan Australia. Pada Penelitian ini, pemancar Very Low Frequency Elektromagnetik (VLF-EM) yang digunakan adalah pemancar radio yang terdekat dengan Indonesia di Stasiun Nortwest Cape, Australia[1]. Dalam penggunaan metode ini, factor kedalam juga sangat berpengaruh. Kedalam yang dimaksud disini adalah kedalam yang berhubungan dengan konduktivitasnya. Metode ini sangat cocok untuk memisahkan anomali permukaan tanah berdasarkan kandungan airnya. Kandungan air inilah yang nantinya akan berngaruh terhadap konduktivitas tanah. Oleh karena itulah, metode Very Low Frequency Elektromagnetik(VLF-EM) ini sangat baik untuk pemetaan kesuburan dalam tanah. Semakin subur suatu tanah, maka semakin banyak airnya. Kandungan air, disini ditunjukan dengan pola konduktivitas dari tanah yang akan dilakukan pengukuran[2].

II. Metodologi Percobaan
Dalam melakukan akuisisi data percobaan Interpretasi Permukaan Bawah Tanah di daerah Lapangan Pertamina ITS Menggunakan Metode VLF-EM ini, digunakan alat dan bahan seperti satu buah GPS, satu buah kompas, satu buah payung yang digunahkan untuk menutupi alat ukur VLF, satu set alat ukur VLF, dan meteran. Dalam melakukan percobaan Interpretasi Permukaan Bawah Tanah di daerah Lapangan Pertamina ITS Menggunakan Metode VLF-EM ini, langkah awal yang dilakukan adalah dengan mengunjungi tempat dilakukanya praktikum, yaitu di sekitar lapangan pertamina ITS. Selanjutnya adalah dilaakukan pembuatan sketsa line melintang berjumlah 3 buah dengan masing-masing panjang  line adalah 50 meter. Berikut ini adalah peta dari tempat pengambilan data berlangsung yang diambil dari google Map. 

Keterangan:
biru muda Lintasan 1
merah        Lintasan 2
kuning       Lintasan 3

Selanjutnya adalah dilakukan brefing lapangan dengan asisten terkait. Selanjutnya, disiapkan alat dan bahan lalu ditentuhkan dan diukur litasan observasi jarak yang digunakan. dalam percobaan ini jarak yang digunahkan adalah 1 meter.  Lalu, alat ukur VLF EM dihidupkan dan dilakukan pengukuran dengan kompas VLF EM diarahkan kearah utara . Kemudian dilakuhkan pengunkuran GPS dan dicatat nilai x dan y kemudian dicatat nilai quadrature .tfelf.tilt angle ,nilai Q dan nilai S dilakuhkan percobaan serti diatas untuk lintasan 1, lintasan 2 dan lintasan 3 kemudian dilakuhkan analisa data yang menggunahkan softwere KHJELT untuk interpersi permukaan dan pem filteran . Di bawah ini merupahkan flow chart dari percobaan VLF EM.




III. Analisa Data dan Pembahasan
Setelah melakukan pengambilan data di area sekitar lapangan Pertamina ITS, maka didapatkan 4 data berupa tabel dari tiap-tiap line sebagai berikut.

NO.
LN/PH
QUADRATUR
TFIELD
TILT
1
12.2
0.9
85.1
6.9
2
13
0.9
85.4
7.4
3
15.2
0.5
84.6
8.6
4
20.4
0.3
85.1
11.5
5
15.7
0.2
85.1
8.9
6
17.7
0.3
84.8
10
7
18.4
0
84.8
10.4
8
18.9
-0.1
84.1
10.7
9
18.1
-0.3
84.6
10.3
10
21.8
-0.1
85.3
12.3
11
20.9
-0.3
84.5
11.8
12
22.7
-0.4
84.3
12.8
13
18.7
-0.4
84.6
10.6
14
20.7
-0.3
84
11.7
15
20.9
-0.3
84.4
11.8
16
17.7
-0.5
85.2
10
17
19.8
0
85.1
11.2
18
18.6
-0.2
84.8
10.5
19
20.4
-0.2
85
11.5
20
22.3
0
84.3
12.5
21
22.4
0
84.4
12.6
22
23.5
-0.2
84.6
13.2
23
18.9
0
85.1
10.7
24
22.9
-0.2
84.4
12.9
25
21.2
-0.2
84.2
12
26
28.4
-0.1
84.8
15.8
27
23.6
0
84.1
13.3
28
21
-0.1
83.7
11.8
29
23.4
-0.2
84.6
13.2
30
24.9
-0.2
83.6
14
31
22.1
-0.2
83.9
12.4
32
26.1
-0.4
84.3
14.6
33
21.6
-0.2
84
12.2
34
20.5
-0.1
83.5
11.6
35
25.7
0
84.4
14.4
36
26.9
0.1
84.2
15
37
24.6
0.1
84
13.8
38
27.2
0.4
85
15.2
39
28.7
0.3
84.6
16
40
26.1
0.9
85.5
14.6
 
    Pada data Tabel 1, didapat salah satu kolom LN/PH terdapat perubahan nilai yang tidak teratur. Ketidak teraturan terjadi sejak awal hingga akhir. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa factor seperti material bangunan, keadaan batuan di bawah tanah, dan faktor suhu. Dalam factor material bangunan, diketahui bahwa di bagian awal terdapat paving di jalan menuju lapangan pertamina sedangkan di baguan utara terdapat bangunan GOR Pertamina. Sedangkan masalah keadaan batuan yang tersebar di dalam tanah di sekitar lapangan Pertamina juga tidak bisa langsung diketahui karena berada di bawah permukaan tanah. Sedangkan pengaruh factor suhu lekat kaitanya degan waktu pengambilan data. Pada pengambilan data yang di ambil dari jam 13.00-16.00 suhu semakin menurun seiring gerak semu matahari yang semakin rendah di ufuk barat. Hal ini menunjukan semakin lama terdapat penurunan suhu.
   Setelah proses pengambilan data di lapangan telah selesai, maka dilakukan pengolahan interpretasi data dengan menggunakan software KHFFILT. Software ini berfungsi untuk melakukan pemfilteran data yang telah didapat pada tabel 1 pada line 1 dan tabel lain sebanyak 3 tabel. Hasil dari pemfilteran data dari tiap-tiap line adalaah berupa peta kontur dan dua buah grafik yang berbeda.





Dari hasil filtering pada line 1 pada gambar 3.1, didapat warna kontur kuning, orange, dan orange kekuningan. Sedangkan mayoritas warna yang ada di sana adalah warna orange kekuningan. Gambar 3.1. menunjukan persebaran konduktivitas tanah dilihat dari atas. Sedangkan gambar di bagian bawah pada gambar 3.1. menunjukan rentang konduktivitas berdasarkan warna. Dari gambar 3.1. dapat diketahui bahwa konduktivitas lapangan ITS adalah pada rentang -10 hingga 0. Sedangkan perubahan warna yang mencolok pada gambar di atas, tidak ada perubahan warna yang mencolok dan membentuk garis. Hal ini, menunjukan bahwa tidak ada patahan dalam line 1. Sedangkan Gambar 3.2. menunjukan hubungan konduktivitas berdasarkan jarak. Dari gambar 3.2. dapat diketahui, bahwa konduktivitas rata-rata berdasarkan jarak berubah secara tidak teratur.








Dari hasil filtering pada line 2 pada gambar 3.3, didapat warna kontur kuning, orange, dan orange kekuningan. Sedangkan mayoritas warna yang ada di sana adalah waorna orange kekuningan. Gambar 3.2. menunjukan persebaran konduktivitas tanah dilihat dari atas. Sedangkan gambar di bagian bawah pada gambar 3.1. menunjukan rentang konduktivitas berdasarkan warna. Dari gambar 3.1. dapat diketahui bahwa konduktivitas lapangan ITS adalah pada rentang -10 hingga 0. Selain itu, juga terdapat daerah dengan konduktivitas dengan jumlah yang besar pada 27,5  Sedangkan factor perubahan warna yang mencolok, tidak ada perubahan warna yang mencolok dan membentuk garis. Hal ini, menunjukan bahwa tidak ada patahan dalam line 2. Selain itu, terdapat warna orange pada koordinat 18









Dari hasil filtering pada line 3 pada gambar 3.5, didapat warna kontur kuning, orange, dan orange kekuningan. Sedangkan mayoritas warna yang ada di sana adalah warna orange kekuningan. Gambar 3.2. menunjukan persebaran konduktivitas tanah dilihat dari atas. Sedangkan gambar di bagian bawah pada gambar 3.1. menunjukan rentang konduktivitas berdasarkan warna. Dari gambar 3.1. dapat diketahui bahwa konduktivitas lapangan ITS adalah pada rentang -10 hingga 5. Selain itu, juga terdapat daerah dengan konduktivitas dengan jumlah yang besar pada 32,5yang nilainya -5 sampai 5.  Ada perubahan warna yang mencolok dan membentuk garis. Hal ini, tidak berarti menunjukan ada patahan dalam line 3 walaupun perubahan mencolok terjadi dan membentuk menyerupai garis. Hal ini, karena perubahan wearna itu justru mempunyai konduktivitas rendah, bukan konduktivitas yang tinggi. Patahan terdeteksi ketika terdapat perubahan warna yang mencolok dengan konduktivitas tinggi akibat daerah renggang pada patahan terisi oleh fluida seperti air yang mempunyai konduktivitas tinggi. Patahan yang terSelain itu, terdapat warna orange pada koordinat 7,5
    Dari  hasil data, selajutnya dilakukan pengintepretasian dan analisa data. Analisa data pola citra konduktifitas menggambarkan nilai rapat arus magnetik relatif terhadap rata-rata dengan konduktifitas tanah termasuk kandungan dalam tanah seperti batuan ataupun pipa yang mengalirkan aliran air dalam tanah. Hijau menunjukkan nilai 0 (sebagai nilai tengah/center point) memberikan informasi sebagai batuan dominan daerah tersebut, degradasi warna cerah menujukkan nilai yang bertambah positif (positive) menujukkan informasi bahwa konduktifitasnya semakin besar, dan sebaliknya bila menuju kearah warna  degradasi gelap atau hitam (negative/negative).

IV. Kesimpulan
Kelebihan pengukuran metode Very Low Frequency Electromagnetic(VLF-EM) dengan teknik konvensional (berdiri) adalah kecepatan pengakusisian data yang cepat dan akurat dalam penganalisaan bawah permukaan dangkal dan atas permukaan, serta mampu meminimalkan gangguan elektromagnetik terdekat yang terdapat pada permukaan bumi. Pada Percobaan Interpretasi Permukaan Bawah Tanah di daerah Lapangan Pertamina ITS Menggunakan Metode VLF-EM untuk memetakan area bawah tanah pada Lapangan Pertamina ITS, dapat disimpulkan bahwa Metode ini dapat digunakan untuk memetakkan struktur bawah tanah secara dangkal melalui hasil intepretasi data yang dieroleh, dengan memanfaatkan rapat arus yang melewati anomaly bawah tanah. Selain itu, metode ini juga dapat digunakan untuk memetakan persebaran air dan adanya patahan dengan memanfaatkan konduktivitas tanah hasil pengukuran. Tanah yang mengandung banyak air mempunyai konduktivitas yang tinggi. Patahan juga mempunyai konduktivitas yang tinggi akibat patahan yang terisi oleh fluida berkonduktivitas tinggi seperti air. Selain itu, metode VLF-EM ini juga mampu menentukan tinggi rendahnya Konduktifitas batuan yang ada di bawah area sekitar lapangan pertamina  

Ucapan Terimakasih
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan ijin dalam berlangsungnya pelaksanaan praktikum ini, kepada asisten Fisika Laboratorium pada percobaan ini yaitu Yoseph Wahyu Saputra W.W. yang telah membantu baik sebelum praktikum, saat praktikum, dan setelah praktikum. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada anggota kelompok atas kerja samanya dalam melaksanakan percobaan ini sehingga terlaksananya praktikum dengan lancar 


Daftar Pustaka
  1. Beamish, D, 1994. Two-dimensional, regularised inversion of VLF data. J. Appl. Geophys. 32, 357–374
  2. Beamish, D, 1998. Three-dimensional modelling of VLF data. J. Appl. Geophys. 39, 63–76.
  3. Setiawan, Puguh, 2011. Akuisisi Data VLF-EM Menggunakan Teknik Konvensional dan Teknik Gradio. Vol.11 (1) p.18-22 (2011)
  4. A. Fernando, 2-D Inversion of VLF-EM Single Frequency, Centro de Geofisica da Universidade de Lisboa, Portugal, 2006.


 

0 komentar:

Posting Komentar

Terimakasih

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | JCPenney Coupons